kisah 3 pengusaha PIN

05.53

Suatu hari di negeri antah barantah..
Seorang eksekutif muda yang merasa hampar dalam menjalani kehidupan bisnisnya, memutuskan melalkukan perjalanan. Ia akan menyambangi setiap tempat bisnis, bertanya sampai ia merasa menemukan ruang kosong dalam hatinya tentang apa yang tengah dijalani.
Dari sekian tempat usaha dan pengusaha belum juga menjawab pertanyaan besarnya, pertanyaan yang sebenarnya ia juga tidak tahu jawaban seperti apa yang ia inginkan. Hingga sampailah ia pada 3 usaha yang sebidang yang akan ia tanya, dimana ini adalah jalan yang akan menemukannya pada jawabannya.
Ia mendatangi 3 tempat usaha yang sama, yaitu percetakan PIN, dengan 3 pengalaman yang berbeda.hanya dengan 1 pertanyaan yang sama
“apa yang sedang anda kerjakan?”
# pengusaha 1
“seperti yang anda lihat mencetak kertas-melaminasi-dan mencetak PIN”
# pengusaha 2
“saya sedang mengerjakan pesanan orang yang suka hal2 tdk penting”
# pengusah 3
berikut wawancara antara si eksmud dengan karyawan perusahaan karena boss nya sedang keluar

“apa yang sedang anda kerjakan?”
“saya sedang mewujudkan mimpi-imajinasi  customer kami dalam bentuk merchandise dan kami sedang mngejar kebahagian pribadi dengan mewujudkan kebahagian orang lain”
Wah gak biasa nih, pikir si eksmud, ia makin tertarik untuk bertanya

“siapa yang mengajarkan itu?”
“bu boss kami..”

“oo..sy tahu dan semua orang tahu, pendapatan anda tdk seberapa dan tdk pasti dari pekerjaan ini,saingannya juga banyak. mengapa anda mau mngerjakannya”
“ha..ha...rejeki sdh ada yang mengatur mas, sdh di jatah dan itu pasti tdk akan tertukar dengan orang lain, kata Bu Boss kami yang dinilai Tuhan itu bukan seberapa banyaknya, tapi proses mendapatkan dan untuk apa rejeki itu, jadi kami selalu diingatkan untuk kerja semaksimal mungkin saja...hasilnya biar tuhan yang menentukan.”

“menarik juga, apa anda betah kerja disini?”
“iya mas, ”

“boleh tahu kenapa?”
“karena kami di sini tidak dianggap sekedar karyawan, bekerja untuk perusahaan dan mendapat bayaran, tapi kami diperlakukan sebagai partner dimana kami juga dilibatkan dalam memikirkan perkembangan perusahaan, kalau kami berprestasi Bu Boss mengapresiasi, kami di kontrol, kami di evaluasi dan di ingatkan”

“hmm...sy makin penasaran, pernahkah bersilang pendapat, cek-cok, atau salah paham diantara karyawan. Dengan boss
“pernah lah mas, namanya juga berinteraksi dengan orang lain..”
“lalu membuat anda tdk betah dan ingin keluar/tetap brtahan?”
“he..he...kata Bu Boss kami, itu wajar mas, dinamika kelompok, di awal oleh Bu Boss kami di pahamkan tentang Great Vision-visi-misi-dan cita2 luhur perusahaan yang luar bisa, dan ketika kami berseteru dan ingat akan mimpi2 bersama itu, rasanya terlalu sepele menjadikan perseteruan itu menjadi masalah ketimbang mimpi2 besar kami, jadi satu sama lain kemudian kembali sadar, saling berlomba meminta maaf dan memaafkan, indah tho mas, kerja disini??he..he,.”

“woe...indah sekali...berikutnya...saya lihat anda begitu semnagat begitu juga karyawan yang lain, ada apa?”
“bukan begitu semngat mas, tapi kata Bu Bos kami HARUS SELALU semangat, karena kalau ssalah satu dari kami tidak semangat bisa mempengaruhi semangat yang lain jadi kita satu sama lain harus selalu semangat dan menyemangati...”

“masuk akal...sebentar kenapa ada tulisan-buka jam 10.00-istirahat waktu sholat-dan tdk kebanyakan tempat usaha yg tadi sy lihat, anda tdk memasang tulisan “ngamen gratis” apa tdk terlalu siang bukanya-dan terlalu banyak waktu stirahat-bagaimana kalau pelanggan anda lari dr anda?”
“ehmm..itu aturan manajemen dr Bu boss mas, kami masuk siang agar bisa membereskan aktifitas pribadi dulu-sebelum berangkat di anjurkan sholat dhuha dulu-istirahat waktu sholat dan sedekah pada pengamen dan peminta-minta tdk akan mengurangi rejeki kami justru kata Bu Boss bisa melapangkan rejeki kami.”

“hmm..melapangkan, apa dengan aktifitas spiritual seperti itu serta merta menambah omzet perusahaan dan gaji anda?”
“ha..ha..pemahaman yang di berikan Bu Boss kami itu salah satu saja-melapangkan rejeki tidak melulu berupa KUANTITAS atau bertambahnya uang kami mas, tapi bisa jadi kami dimudahkan dalam prosesnya atau rejeki itu lebih banyak manfaatnya”

“sampai disini keren juga manajemennya-saya mau tanya secara pribadi berapa lama anda akan bekerja di sini-dan mengapa anda punya keyakinan harus melakukan yang terbaik?”
“belum tahu mas, mungkin sampai mimpi2 besar perusahaan kami terwujud.
KAMi tidak tahu sampai kapan Tuhan mentakdirkan kami bekerja disini, kata bu boss, bisa jadi ini hanya tempat sinngah-tempat belajar-untuk mempersiapkan kami di tempat berikut yang butuh kualitas kami yang lebih baik dari sekarang, makanya kami selalu di dorong agar bekerja saja sebaik mungkin hingga datang waktunya naik level di tempat yang lebih baik”

 “yang terakhir, dengan kondisi yang saya anggap sederhana tapi luar bisa ini, apakah benar dugaan saya bahwa Boss anda orang yang serba bisa?
“ehmm..bagaimana ya menjawabnya...sebenarnya tidak juga, karena bu boss kami ada yang hanya bisa desain, bisa konsep, bisa marketing, bukan orang yang serba bisa TAPI orang-orang yang mampu melihat potensi karyawan-mampu mengoptimalkan-mengorgnisir potensi itu dan mengarahkan untuk kemajuan perusahaan.”
“itu mas beliau sdh datang kalau mau bincang2”
“ok.terimakasih..”
******
Eksmud itupun masuk ruangan boss dan singkat cerita setelah basa-basi memulai pertanyaan

“dari perbincangan tadi sy melihat anda mempunyai karyawan yang loyal-semangat-dan tdk hanya memiliki orientasi materi tapi juga nilai2 luhur serta memiliki sense of belonging yang kuat, apa yang anda lakukan 
“sederhana, di awal sebelum mereka jauh melangkah dalam dunia bisnis kami, mereka coba kami pahamkan tentang visi-misi goal setting dan nilai-nilai kemanusiaan dalam pekerjaan dan menjadikan mereka bagian dari proses itu agar tidak merasa hanya sebagai pekerja tapi juga rasa memiliki dan tanggung jawab untuk merealisasikan hal itu.”

“yang saya amati anda mencoba menanamkan nilai2 tertentu,misal spiritual serta humanisme yang kuat. apa misi anda?”
“perusahaan kami belum sebesar perusahaan anda mas, yang mungkin secara materi mampu menjamin kesejahteraan karyawan dan menjanjikan dalam waktu singkat, secara sederhana mungkin tdk begitu bearti kalau kami hanya memberikan materi sebagai imbalan, maka kami coba memberikan hal lain yang kami yakin itu akan sangat berhaga bagi mereka, entah selama bekerja dengan kami atau mungkin jika mereka harus keluar dengan menanamkan nilai estetika-spiritual dan humanisme sebagai habit-atau kebiasaan, akan sangat baik bagi kami ketika mereka di perusahaan dan baik juga untuk mereka saat di luar perusahaan sbg individu-itu kami sebut sbg bekerja juga sebagai ibadah”

“hah..sy belum pernah sampai disana mikirnya...ok.katanya anda selalu kelihatan semangat.apa anda tidak pernah punya masalah?”
“ha..ha...saya juga manusia mas, ya punya lah...tapi...”
“tapi apa?”
“lihatlah wajah mereka, lihatlah semangat mereka, sikap saya sebgai seorang pimpinan di depan mereka begitu berarti, kalau saya tidak semangat bagaimana dengan mereka, jadi saya selalu berusaha semangat agar mereka juga semanagat”

“MOHON MAAF saya dengar sampai saat ini sebenarnya hasil yang anda dapat dari bisnis ini tdk jauh lebih besar dari bisnis anda yang utama, mengapa terus menjalankan bisnis ini dan tidak fokus dengan pekerjaan yang lebih menguntungkan itu?”
“tidak melulu ORIENTASI bekerja itu karena materi mas, kalau pertimbangan saya itu, sdh lama saya meninggalkan bisnis ini walaupun kami juga yakin bisnis ini akan nesar pada waktunya, AKAN TETAPI kami punya pertimbangan lain, bahwa TERNYATA yang tdk seberapa bagi kami itu sangat berarti bagi mereka, kalau sy tinggalkan bagaimana nasib mereka, saya bahagia yang sederhana ini bisa membuka lapangan penghasilan bagi oarang lain, sambil pelan2 selalu kami sampaikan agar selalu berusaha maksimal agar bisnis ini menjadi besar.dan bisnis ini dimana kami bisa jadi pemimpinnya kami punya kesempatan MEMBENTUK KARAKTER yg BAIK karyawan kami serta punya KESEMPAtAn MENANAMKAN NILAI2 yang KAMI ANNGAP BAIK, nilai budi pekerti-kemandirian-kerja keras-optimia-agama dll”
“dengan OMZET seperti sekarang bolehkah saya mengatakan rejeki anda besar?”
“bukan rejeki saya mas, tapi rejeki perusahaan, dan itu karena gabungan dari rejeki2 direksi, manajemen dan karyawan, tanpa mereka setiap individu paling tdk seberapa, kami hanya sebgai jalan masuk untuk kami sampaikan yang berhak.”

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Silahkan Komentar Disini :