Generasi Berbagi & Kontributif

13.37
    Hallo sodara-sodaraku yang berbahagia, semoga senantiasa dalam limpahan karunia-Nya, di malam satu syuro ini disela-sela aktivitas mencari duit di LOETJU saya ingin kembali berbagi pengalaman dan sudut pandang. kali ini saya ingin menyampaikan gagasan saya tentang potensi geliat trend generasi masa kini yang dalam beberapa waktu ke depan saya harap menjadi trends dan dari beberapa tanda-tandanya nampaknya demikian, generasi ini saya sebut sebagai "Generasi Berbagi & Kontributif". saya akan awali dengan sebuah kilas balik latar belakang pemikiran saya ini.

#cerita 1
    Masa kecil saya bisa dibilang masa kecil yang bahagia, walau sering sakit-sakitan tetapi saya dibesarkan penuh kasih sayang oleh kedua orang tua saya. keluarga saya sederhana, bapak adalah wiraswasta yang bila musim buah membeli buah dari pemilik pohon dalam istilah oarng jawa "nebas" kemudian menjualnya ke pasar, bila musim Kapuk (tanaman penghasil kapok isi bantal, tahu kan? :) ) bapak saya membeli pohon dari petani, mengunduh, menjemur dan menjual ke pabrik pengolah kapuk untuk bantal dan kasur. ibu saya membantu bapak dan kadang juga berjualan kayu bakar di pasar. sederhana dan bahagia :).

    Dari pekerjaan bapak tadi beliau yang tidak bisa memanjat pohon membutuhkan karyawan untuk membantu proses panen, mengangkut sampai menjual. bicara tentang berbagi banyak hal yang saya pelajari dari karakter orang tua saya terutama bapak saya yang beliau prlihatkan sehari-hari. di mana beliau selalu memperlakukan karyawan tidak hanya sebagai orang yg membantu pekerjaan beliau dan berhak di upah, tapi bagi bapak saya karyawan adalah saudara, beliau tidak hanya membayar upah sesuai hak, bila hasil panen panen bagus maka ada bonus, beliau memperhatikan kondisi keluarga, berkunjung dan jadilah hubungan bagai saudara hingga saat ini pun mantan karyawan2 itu masih seperti keluarga sering berkunjung dan saling membantu bahkan ketika bapak saya sudah tiada. 

    Selain contoh interaksi kepada karyawan, bapak saya selalu memberi contoh untuk selalu peka dengan kondisi sanak saudara, baik dari keluarga beliau sendiri atau dari keluarga ibu saya, misal tiap ada rejeki lebih hasil panen maka semua keponakan tak luput dari uang saku, tidak lupa untuk membagi rejeki kepda Ibu atau nenek saya dan mertua beliau. ada lagi bagaimana ketika ada tetangga yang sedang kesusahan atau sakit maka sebisa mungkin segera menengok dan apapun yang bisa dibantu segera dibantu, maka wajar sering dipercaya tetangga untuk mengurus hal-hal yang sifatnya kebersamaan dalam RT dll.

   Dari sikap keseharian dan tindakan sederhana yang beliau contohkan tanpa sadar terekam dan mengakar dalam benak saya yang tanpa saya sadari hari ini sering saya lakukan, maka bila saya flashback bersyukurlah saya sebagai anak dulu diberikan contoh pelajaran berharga dalam berhubungan dengan masyarakat dan kehidupan sehari-hari yaitu selalu peka trhadap kondisi sekitar dan memperlakukan penuh kemanusiaan tak pandang bulu siapa orang itu.ada hal menggelitik juga misal beberapa teman baik di tempat kerja atau di komunitas beberapa menjuluki saya orang yang royal misal tanpa diminta membeli makanan atau minuman, saya melakukan itu secara spontan saja kalau lagi ada rejeki lebih atau melihat sesorang atau teman2 yang sedang giat melakukan aktivitas positif, dan tahukah anda setelah saya telusi kebiasaan itu saya tiru dari bapak juga, dulu ketika saya sedang belajar atau membuat mainan sendiri tiba2 beliau membelikan saya makanan atau minuman tanpa saya minta sebagai wujud apresiasi dan dukungan atas hal positif yang saya lakukan.

#cerita 2
   ketika saya kelas 3 SMP bapak saya kena serangan stroke yang membuat beliau lumpuh hampir 8th. kondisi ini banyak membuat perubahan dalam keluarga saya salah satunya tentang ekonomi, ibu saya jadi tulang punggung keluarga dan fokus kami adalah pengobatan penyembuhan bapak saya. kala itu saya sempat down dan memutuskan setelah lulus SMP mau langusng bekrja saja untuk membantu ortu. impian masuk SMA saya kubur karena tak ingin membebani keluarga. tapi bukan berarti menjadi alsan untuk belajar dan mengusahakan yang terbaik ketika Ujian NAsional.

   Allah swt ternyata punya cerita lain, ketika saya menjadi lulusan terbaik di SMP N 2 tlogowungu Pati guru-guru dan kepala sekolah saya kala itu pada ribut setelah tahu bahwa saya ingin berhenti sekolah, hingga salah satu guru matematika dan pembina osis saya kala itu yang bernama Pak Kunarso yang akrab dipanggil pak Kun menawari saya untuk beliau sekolahkan tapi dengan konsekuensi harus tinggal di rumah beliau karena letak SMA lebih dekat dari rumah beliau dan agar beliau bisa membimbing belajar saya lebih intensif.

   Dengan segala pertimbangan saya ambil tawaran luar biasa itu, anak Desa dari SMP pegunungan sekolah di SMA paling Favorit di Kota PAti yaitu SMA N 2 PATI, sekolah yang terkenal dengan Kreativitas dan Kedisiplinanya, memeng sih dalah hal akdemis masih kalah dari SMA N 1 he..he. tidak mudah sebagai lulusan SMP Ndeso bersaing dengan lulusan2 SMP favorit dan kota tapi kesungguhan dalam belajar berhasil saya buktikan di kelas X saya rangking 1 dan sampai lulus tahun 2007 saya masuk 5 besar di kelas. cukup membanggakan lah karena yang rangking 1-2-3 cewek2 semua :D.

    Selama 3 tahun di Rumah pak Kun saya belajar banyak tentang nilai-nilai kehidupan, beliau mengajarkan tentang kedewasaan, kemnadirian dan tanggung jawab, selama 3 tahun saya diberi tanggung jawab membantu mengelola warung klontong di rumah, sepulang sekolah saya mampir ke pasar untuk belanja dan di rumah sambil belajar menjaga toko kelontong. trnyata di kemudian hari pengalaman saya ini membuat saya tidak canggung dalam berjualan, membangun relasi dengan mitra, menghadapi customer yang bergam ketika mengelola usaha di LOETJU merchandise, luar biasa :). dalam keluarga ini saya merasa seperti anak sendiri dan diterima baik sekali hingga saat ini. bahkan anak ke-dua beliau yang lahir ketika saya sudah di situ menganggap saya seperti kakak kandung sendiri.

     yang saya catat dari pengalaman ini adalah ketika suatu hari, di mana saya sudah lulus SMA dan brpamitan untuk kuliah di semarang, dengan lugu dn pebuh haru saya bertanya "pak, apa yang bisa saya lakukan kelak ketika sudah sukses dan mandiri untuk membalas semua kebaikan bapak? T,T " tanpa di duga jawaban beliau adalah, " bahwa Insyallah apa yang beliau lakukan dan keluarga menerima saya menjadi bagian keluarga dan memberi kesempatan belajar adalah iklash niatnya, maka bukan materi yang beliau harapkan balasan ketika saya sdh mandiri dan sukses, balasan itu cukup dengan saya harus berbuat baik juga untuk orang lain, agar kebaikan ini terus berlanjut, begitu juga beliau ketika merasa sudah selesai berbuat baik untuuk membantu saya, saya bukanlah oarng terkhir yang akan beliau bantu tapibeliau akan melakukan kebaikan lagi untuk orang lain" 

#cerita 3
      Maka sampailah saya di semarang, dengan penuh perjuangan dalam kaitanya semangat berbagi dan kontribusi saya sangat bersyukur di terima di beasiswa dari Dompet Dhuafa yaitu beastudi etos, beasiswa ini diperuntukan untuk mahaiswa kurang mampu yang tidak hanya memiliki motivasi belajar dan prestasi akademik tapi juga potensi kebaikan. dari awal yang luar biasa dari beasiswa ini tidak disebutkan akad atau kontrak tentang kontribusi penerima beasiswa terhadap lembaganya setelah lulus tau sukses nanti. kok bisa? kenapa? alasanya bukan hanya pertimbangan syar'i tapi yang ingin dibangun dari karakter individu alumni penerima beasiswa ini bukan kontribusi yang hanya berupa materi, tapi balasan atau kontrisbusi balik dalam entuk yang lain, apa itu?

   Kontribusi yang diharapkan sebagai timbal balik tidak hanya ketika sudah selesai program, tapi karena timbal balik yang diharapkan sebagai sebuah "karakter"  atau kepribadian yang mengakar dalam individu maka sedari masih dalam program selama 3 tahun kebiasaan2 dan budaya kontributif itu sudah dibangun dan dibiasakan.diantaranya dalam aspek pembinaan dari program beasiswa ini:

-aspek agama: kami dibina dan dibimbing menjadi pribadi yang mengenal dan beribadah secara lebih baik sebagai usaha menjadi ummat yang Sholeh dan Sholehah, tapi tidak cukup hanya sholeh / sholeha secara pribadi tapi juga harus mampu sholeh/sholehah di masyrakat.

- aspek akademis: kami di ajarkan tidak hanya belajar untuk menjadi orang yang cerdas dan berpendidikan tapi juga pribadi yang berusaha mencerdaskan lingkungan sekitar, implementasi mindset ini diantarnya kami diberi kesempatan mebuat program TPQ-Taman Baca-bimbingan Belajar- dll

 -aspek kemandirian: latar belakng kami dari individu yag terbatas dalam hal finnsial membuat salah satu tujuan program ini adalah meutus tali kemiskinan, diharapkan dengan pendidiakn kami mampu mengubah ekonomi pribadi dan keluarga. tapi kami ditanamkan bahwa MAndiri secara pribadi saja belum cukup tapi harus berusaha me-mandirikan Sekeliling. agar makin banyak yang mandiri dan lepas dari kemiskinan. minimal keluarga dan tetangga terdekat.

- aspek pengabdian dan pemberdayaan masyarakat: sedari masih di program pembinaan di beasiswa ini kami di beri kesempatan membuat kegiatan dan program yang bertujuan membantu dan memberdayakan masyarakat, contoh di semarang ada program Sekolah desa Produktif semacam comdevdi desa Rowosari Tembalang meliputi aspek pemberdayaan dalam bidang: ekonomi, pendidikan , kesehatan dan agama. ini lah cara kami membalas semua kebaiakan dan manfaat yang kami peroleh dari program beasiswa ini. yaitu dengan kembali mengabdi dan memberdayakan masayrakat sekitar. karena yag demikian jauh lebih berarti dari sekedar bantuang materi walau ketika sudah mandiri dan sukses materi juga berusaha kami berikan sebagai kontribusi yang paling sederhana.

      nah rekan-rekan pemabaca, dari tema yang saya angkat generasi berbagi dan kontribusi ini, saya sebagai seorang genersi muda sangat bersukur dengan alur kehidupan dan takdir yang saya jalani yang secara alami membuat saya jadi (bukannya sombong ya :D ) pribadi yang jadi peka dengan hal-hal yang bersifat kontribusi dan pengbdian masyarakat. dan saya juga bersyukur hari ini banyak saya temukan generasi-generasi muda yng walau tidak menjalani taqdir kehidupan sperti saya namun begitu aktif dalam hal pengabdian dan kontribusi kepada masyarakat. belakangan ini kita familiar dengan gerakan Sedekah rombongan yang di inisiasi mas saptuari, di semarang juga ada banyak sebut saja Tangan Kedua-komunitas Pagi Berbagi-UKM peduli sosial dll. 

   geliat trend baru ini sangat positif, bagaimana hasrat berbagi dan berkontribusi untuk msyarakat yang lebih baik tidak hanya muncul kaum Tua yang secara pemikiran sudah lebih arif tapi justru oleh anak-anak muda yang segar dan kreatif serta penih semangat. harapan dan doa saya adalah trend ini agar terus berlanjut dan menjadi budaya di kalangan anak muda. yaitu selain asyik-asyikan dan berfikir untuk diri sendiri tapi juga sudah mau memikirkan dan membuat gerakan atau program untuk pemberdayaan maupun berkontribusi pada lingkungan sekitanya. dan memang hasrat dan ruh berbagi dan berontribusi ini tidak bisa muncul tiba-tiba kita harus mengasahnya dengan lebih banyak merenung tentang kondisi2 disekitar kita yang belum ideal. dan berfikir apa yang bisa saya lakukan untuk memperbaiki keadaan yng belum idela itu? 

     saya membayangkan bila masanya tiba maka akan ada istilah baru yang menjadi parameter dalam beberapa hal, misal "anak Gaul itu bukan hanya mereka yang temen kongkonya banyak tapi mereka yang aktif di kegiatan sosial" --- " keren itu bukan hanya mereka yng up to date fashionya tapi mereka yang berpeluh keringat karena habis baksos :) " dll.

dan menjadi pribadi yang kontributif itu bukan karena apa yang bisa kita dpatkan ketika berkontribusi di masyarakat tapi karena berkontribusi itu adalah kebutuhan.

" Bantulah orang lain untuk mendapatkan kebahagian, maka Tuhan'pun akan memberi kebaikan buat kamu "

" jangan tanya apa yang bisa kamu dapatkan dari masyarakat, tapi tanyalah dirimu apa yng bisa kamu berikan untuk masyarakat "

” Siapa yang hanya memikirkan dirinya sendiri, dia akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil, tapi, siapa yang mau memikirkan orang lain, dia akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar.” (Sayyid Quthb)

--apa dengan menjadi pribadi yang gemar berbagi dan berkontribusi untuk masyarakat yang lebih baik kita akan menjadi kaya? TIDAK
--apa dengan menjadi pribadi yang gemar berbagi dan berkontribusi untuk masyarakat yang lebih baik kita akan menjadi terkenal? TIDAK
--apa dengan menjadi pribadi yang gemar berbagi dan berkontribusi untuk masyarakat yang lebih baik kita akan menjadi masuk tivi? TIDAK

Tapi saya pstikan degan mengasah Kepekaan, jiwa Berbagi dan Berkontribusi hidup kita menjadi lebih berarti dan berwarna, dan menjadi lebih memahami makna kehidupan ini tentang peran kita dan menjadi lebih arif dalam memandang dan menghadapi masalah kehidupan :)

ini bukan tentang usaha menjadi manusia yang kaya, bukan karena ingin trkenal, bukan karena ingin masuk tivi atau koran bukan tentang sok peduli atau yang lain, tapi menurut saya ini semua adalah tentang usaha menjadi manusia terbaik menurut Rasulullah SAW yaitu manusia yang paling banyak memberi manfaat dan berlomba-lomba dalam hal kebaikan :)
“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari).

--------“KHAIRUNNAS ANFA’UHUM LINNAS”--------

 

semoga Bermanfaat 
saya nandar :) 

Artikel Terkail: Doa aksi peduli banjir  ndonesia
                          Poster poster tentang Beastudi Etos





Mengapa Harus Dhuafa Dulu?!

10.29
     Tulisan ini saya sebagai renungan pribadi dan pesan untuk adek-adekku penerima manfaat Beastudi Etos dari Dompet Dhuafa angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 dan yang akan datang wabil khusus yang ada di semarang.

    Beberapa waktu terakhir ini saya sering merenung, setelah kurang lebih 4 tahun berlalu pasca Asrama lulus dari Beastudi Etos, empat tahun mengarungi kehidupan di luar asrama menjalani hidup dengan berbagai persoalan sebenarnya dan kemudian saya mulai tertarik tentang gaya saya menghadapi hidup. cara saya memandang sebuah persoalan dan menghadapinya serta bagaimana ketertarikan saya pada berbagai kegiatan yang ketika saya telaah secara spontan dalam hati "gaya saya ini bukan serta merta muncul begitu saja tapi hasil dari sebuah proses panjang lebih kurang 3 tahun pembentukan karakter-pola pikir-dan kepribadian"

    Loncat agar ada benang merah dengan judul di atas, yaitu tentang sebuah pertanyaan yang kadang muncul diantara Etoser (istilah untuk menyebut penerima Beastudi Etos) bahkan saya sendiri juga pernah berfikir tentang hal ini, yaitu tentang rahasia sebuah taqdir Allah SWT. ini bukan tentang me-logika-kan taqdir Allah swt, bukan, tapi usaha bermuhasabah mencari hikmah di balik sebuah taqdir agar sebagai hamba kita bisa semakin bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya.

    Pertanyaan itu adalah; " bahwa jika Allah SWT menghendaki sesuatu atau men-taqdir-kan sesuatu untuk makhluknya maka tak ada hal yang mustahil bagi-Nya, maka jika kita melihat hari ini Alumni Beastudi Etos yang sudah jadi apapun atau dengan kata Lain Sukses dengan berbabagi hal yang telah di capai, mengapa Allah SWT menjadikan kita Dhuafa dulu? mengapa kita harus melalui proses kuliah dengan masuk Beastudi Etos dulu?. padahal jika Allah swt hanya ingin kita sukses dengan apapun itu maka tidak ada yang Mustahil bagi Allah SWT, apalagi hanya membuat kita dan keluarga kita mampu membiayai kita kuliah. "

rada nakal sih pertanyaan di atas, dan mungkin bagi sebagian teman-teman pola pikir saya agak berlebihan, saya mohon maaf, tapi saya selalu coba tetap dalam koridor :) . 

     Untuk menjawabnya, saya akan awali dengan sebuah landasan berfikir bahwa apapun yang Allh swt taqdirkan untuk ummatnya bukan tanpa sebab atau tanpa tujuan, artinya apapun itu pasti ada hikmahdan kebaikan untuk ummatnya, termasuk dalam hal yang sedang kita bahas, kenapa Allah swt mentaqdirkan kita jadi dhuafa dan masuk Beastudi Etos. pasti ada hikmah dan tujuan Baiknya :)

    Analogi ke-2 adalah layaknya sebuah jenjang pendidikan kita di SD diajari menbaca-menulis-berhitung pasti akan ada manfaatnya ketika kita di kelas SMP, begitu juga apapun yang di ajarkan di SMP pasti akan jd dasar dalam belajar di SMA dst. serta selama proses belajar dijenjang pendidikan adalah untuk mengasah POTENSI Kebaikan yang ada disetiap peserta didiknya. sehingga lulus dengan kompetensi tertentu..Nah..dengan analogi yang sama proses yang sedemikian rupa selama proses menjadi dhuafa dan proses di program pengembangan diri di beastudi etos pasti akan ada manfaatnya dan pasti ada sesuatu hal-hal positif yang ingin Allah swt asah selama kita dalam proses itu.

sampai di sini, pertanyaan selanjutnya adalah, "potensi atau hal positif apa yang ingin Allah swt asah dari diri kita selama menjadi dhuafa dan penerima beastudi etos sebelum kita sukses? "

    Jawaban saya berdasar renungan dan penglaman hidup selama ini adalah sebagai berikut, sangat personal mungkin bila rekan-rekan pembaca merenung juga bisa jadi ada hal positif lain yang teman2 temukan, its ok. itu bagus :)

- Pertama, sabar dalam menerima takdir
ketika sadar bahwa keluarga termasuk dalam kategori duafa kalau tidak sabar akan ujian Allah swt pasti hal-hal buruk sudah kita lakukan dan tidak mungkin kita bertemu dlm naungan program yang sama hari ini.

- Kedua, spirit mengubah kehidupan agar lebih baik
kalau kita tidak punya karakter ini pasti kita akan pasrah dengan kondisi dhuafa kita waktu itu

- Ketiga, pantang menyerah
proses sebelum jadi apapun kita hari ini tidaklah mudah, sy yakin walau rintangan berbeda pasti selalu ada, satu hal yang membuat kita sampai pada pencapaian hari ini adlah karena kita pantang menyerah, kalau tidak pasti ketika gagal tak akan bangkir lagi tapi waktu membuktikan bahwa seperti apapun tantangan proses itu hari ini kitaberhasil melalui nya, setidaknya sejauh ini :)

-Keempat, pribadi yang terbuka pada kebaikan dan mau menjadi baik
selama proses pembinaan di beastudi etos salah satu aspeknya adalah pembinaan agama, banyak di antara etoser yang sebelum masuk etos biasa saja dan ketika menjadi etoser jd lebih islami, berahlak islami. dan yang sudah islami makin jadi islami. kita bersyukur karena sebagai ummat muslim berusaha menjadi muslim yang lebih baik lagi adalah hal yang wajib. tanpa karakter yang mau menerima kebaikan apapun kebaikan yang di ajak ke kita pasti mental :)

- Kelima, semangat terus belajar
sering ada istilah bahwa kita tidak hanya memulia dari NOL tapi juga dari Minus, kalau kita lihat rekan-rekan di beasiswa PPSDMS yg keren2 sy fikir wajar dan sdh seharusnya karena memang seleksinya setelah semester 3 sdh kelihatan potensinya begitu juga beberapa beasiswa lain, nah di Beastudi etos kita mulai dari minus, tapi kalau lihat profile alumninya hari ini yang luar biasa makan itu sungguh sesuatu potensi yaitu semangat belajar yang tinggi termasuk juga dalam berbgai prestasi akademik.

- Keenam, dan menurut saya urgent yaitu KEPEKAAN sosial yang tinggi
sebagai generasi-generasi yang lahir dan tumbuh berkembang dalam kekurangan dan keterbatasan dan mampu berkembang dengan banyak bantuan orang lain serta merasakan bagaimana sebuah perjuangan dan kesabaran menjadi modal dasar yang  dikemudian hari jadi llandasan dalm berfikir, memutuskan masalah dan menghadapi kehidupan. dosen saya pernah menasehati bahwa " orang sukses yang meniti kesuksesanya dengan penuh perjuangan dan benar-benar dari bawah akan terasah kepekaanya, karena paham benar tentang perjuangan hidup sehingga akan membuat dirinya lebih arif dan bijaksana dalam memandang dan menghadapi serta menyelesaikan sebuah permasalahan "

    Nah rekan-rekan, sedikit kesimpulan bahwa setelah kita dengan segala kesuksesan atau prestasi apapun yang hari ini, semua proses taqdir mengapa kita dulu harus dhuafa dulu atau masuk program beastudi etos dompet dhuafa dulu, bukan tanpa alasan dan tujuan setidaknya menurut saya hal-hal positif di atas lah yang hendak Allah swt Asah dari diri kita, sehingga jadi apapun kita hari ini; pengusaha, anggota DPR,pejabat, PNS, motivator, Dosen, peneliti, guru, dll kita jadi sosok yang Plus-Plus dengan kompetensi nilai tambah dari hal-hal positif yang Allah swt ingin kita asah terus menerus.

   Orang pinter sudah bnyak, pejabat berserakan, pengusaha tdk sediikit, politikus beratus-ratus namun hari ini kita menyaksikan org2 tersebut juga banyak yang terjerat kasus Moral-Korupsi dll. maka ketika giliran kita yang jd pengusaha, anggota DPR,pejabat, PNS, motivator, Dosen, peneliti, guru, dll kita jadi sosok yang Plus-Plus tidak hanya kompeten namun rawan menyimpang karena minim nilai-nilai kepribadian dan kepekaan.

  Untuk adek-adek yang masih di asrama, seberapaun membosankan aneka program pembinaan di asrama dan selama prses di beastudi etos, itu semua tidak terlepas dari tujuan-tujuan baik dan untk kesuksesan masa depan kalian juga, mungkin hari ini belum terasa tapi nanti pasti akan sangat bermanfaat dan kita akan sangat mensyukurinya karena pernah menjadi bagian dari program beasiswa yang luar biasa ini :) . pokoke jalani aja dengan senyuman :)

semoga bermanfaat
saya Nandar
etoser 2007 semarang
koord. alumni etos semarang

                        mars beastudi etos