Harusnya Jumlah Swing Voters Lebih Banyak

00.02



Kang Mad -- Hari-hari menjelang pemilu dan pilpres semakin dekat. Sayang bukanya semakin adem justru semakin panas saja. Salah satu yang saya sayangkan dari gelaran pilpres sejak 2014 dan 2019 ini adalah munculnya calon yang hanya berjumlah 2 pasang saja.

Kalau kita mau cari akar masalahnya selain abang batas pencalonan yang 20% juga mahalnya biaya politik. Sehingga mempersempit putra bangsa lain yang ingin mencoba meperbaiki negeri ini dengan mencalonkan diri sebagai presiden dan wakilnya.

Kembali ke paragraf pertama, efek dari hanya ada 2 pasang calon ini adalah polarisasi politik yang sudah sampai level memprihatinkan. Berpeluang memecah belah bangsa ini. Mengkotak-kotakan antar sesama. Lalu muncul istilah yang dikotomik, kamu cebong kamu kampret, kamu nomer 1 kamu nomer 2, kamu baik yang satu jahat dll. Tidak pernah ada ujungnya.  

Read english news at Nesianetwok.id

Hari-hari ini kita membaca berita antar pendukung saling debat, caci maki bahkan ada yang bermain fisik. Ngono kuwi faedahe oupooo?

Padahal pilpres ini hanya sesaat dan apapun hasilnya dengan skeptis saya mau bilang kita tetap harus kerja keras jika ingin hidup lebih baik. Kecuali anda adalah orang-orang yang ikut terlibat dalam kontestasi ini dan akan mendapatkan bayaran atau jabatan jika salah satu calon terpilih, aka wajar berjuang mati-matian agar calonya menang. Kalau tidak ya ngapain ngotot segitunya.

“ Harusnya jumlah swing voters lebih banyak”

Di tengah kondisi yang dikotomik tadi, kalau kita perhatikan dari berbagai lembaga yang mengeluarkan hasil survey ada kelompok lain selain pendukung nomer 1 dan 2, yaitu swing voters istilah untuk mereka yang belum menentukan pilihan. Saya ingin mengaku di tulisan ini, pilpres kali ini saya masuk golongan ini, saya akan tetap menggunakan hak pilih, tapi baru akan saya putuskan sesaat sebelum mencoblos.

Banyak alasan, yang paling kuat adalah saya ingin  memberi kesempatan lebih tepatnya ingin melihat para calon dan timsesnya menyakinkan saya bahwa mereka mampu melihat masalah yang sedang dihadapi negeri ini dan punya solusi yang feasible. 

Hingga hari ini jujur saya belum melihat itu, yang lebih dominan masih saling eributkan hal-hal remeh misalnya keselip lidah dan lain-lain.

Saya berpendapat harusnya golongan swing voters ini lebih banyak, karena hingga hari coblosan tiba mereka saya asumsikan memposisikan diri di wilayah netral sehingga bisa melihat gelaran politik lima tahunan ini lebih jernih.

Karena percaya tidak percaya, mereka yang hari ini sudah menetapkan pilihan saya ibaratkan orang yang sedang jatuh cinta dimabuk kepayang. Mohon maaf adegiumnya melihat kotoranpun disangka coklat. Sudah sulit untuk disadarkan dan digoyahkan keyakinan dukung mendukungnya.

Setidaknya ada 2 hal menurut saya, pertama yakin 100%  bahwa yang didukung baik. Atau gensi karena sudah terlanjur mendukung. Maka tidak peduli apapun polah sang junjungan akan dibela, benar akan dibela kalau salah dicari rasionalitasnya. Jujur saja, iya kan? 

Maka sayang sekali, dalam beberapa survey golongan swing voters jumlahnya tidak seberapa, andai lebih banyak pilpres dan pemilu 2019 akan lebih menarik, karena lebih banyak orang yang waras, mampu melihat dengan jernih setiap gagasan, program dan solusi yang ditawarkan para calon. Serta punya peluang megkritisi dan memberi masukan dengan jernih pula.

Apapun pilihan dan pijakan anda hari ini, pesan saya jaga kerukunan, setelah hajatan politik ini tetap saja kita harus bekerja dan kembali ke kehidupan semula. He he.



Bagikan ke WhatsApp

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Silahkan Komentar Disini :