Kawasan Bebas Umpatan

01.04
    Sebelum saya uraikan panjang lebar artikel saya ini saya perjelas dulu maksud dari judul di atas, kawasan bebas upmatan serupa dengan hibauan kawasan bebas asap rokok dan kawasan bebas parkir, artinya itu suatu tempat dimana tidak diperkenankan untuk mengumpat, merokok dan parkir. Beda ya smaa kawasan bebas mengumpat artinya boleh bebas mengumpat.

    Latar belakang saya akhirnya menuliska buah pikiran saya ini tidak lain puncaknya adalah serangkaian peristiwa di bulan maret hiruk pikuk berita nasional yang menggambarkan carut marut nya kondisi negeri ini. Salah satu yang paling heboh adalah persetruan anatara DPRD DKI dan gubernur Basuki Cahaya Purnama atau pak Ahok. masalah kisruh korupsi dana APBD nya sih hati dan otak saya masih dengan jernih bisa mencerna. Tapi ada yang urgent menurut saya yang mengundang keprihatinan dan kegemesan hati saya. Yaitu fenomena saling caci dan berkata kasar serta kotor yang kemudian diliput di media bahkan kasus terakhir seorang pejabat mengucapkan kata-kata kotor ketika live interview di televisi. Ini sudah parah dan kelewatan bagi saya!.

    Saya tidak sendiri dalam mengecam fenomena ini, anda bisa googling dan cari di sosial media berapa banyak rakyat yang emnyayangkan fenomena berkata kasar, mencai dan mengumpat ini. Diantara sekiam alasan kekecewaan itu adalah pendapat bahwa tidak seestinya seorang pejabat publik dan publik figur berprilaku demikian, mengapa? Selain tidak pantas secara etika juga ini bisa jadi contoh buruk untuk generasi muda, bisa jadi dikemudian hari berilaku demikian akan jadi pembenaran dan rasionalisasi serta contoh yang buruk untuk generasi muda.

    Bukan hanya prilaku berkata kasar, kotor dan mengumpat saja sih sebenarnya yang tidak boleh dilakukan oleh para pejabat atau publik figur tapi juga perilaku lainnya mislanya korupsi, asusila dll. Bisa jadi contoh buruk generasi muda, apa jadinya kelak generasi muda kalau yang diteladani dari para pejabat, pemimpin dan publik figur idola mereka adalah perilaku-perilaku buruknya?

    Eits..tapi menurut saya itu baru satu sudut pandang, maksud saya masyarakat boleh mengecam  para pejabat, pemimpin dan publik figur yang berprilaku tidak baik, karena bisa jadi contoh negatif, tapi saya juga menemukan fakta yang juga tidak kalah memperihatinkan yaitu kebiasaan generasi muda jaman sekarang yang dalam keseharian juga sudah tidak begitu mempertibangkan etika, dalam kesempatan kali ini saya akan fokus pada berbicara kasar, kotor dan mengumpat. Saya sering sekali menemui para generasi muda entah itu pelajar mahasiswa atau yang sudah bekerja dengan enteng enggunakan kata-lata yang kasar, umpatan dan caci maki ketika berbicara dengan reka-rekannya di tempat-tempat umum warung makan misalnya, dengan sangat santainya tanpa mempertibagkan di mana mereka sedang berada.
Its ok bila yang mereka maksud adalah itu bagian dari komunikasi biasa karena kebiasaan dipergualan dan hanya dimaksudkan untuk sesama rekan, tapi jangan lupa ketika di tempat umum ada orang lain yang juga perlu dihargai dan dihormati.

    Ah akhirnya saya punya sebuah teori boleh jadi orang mengecam perilaku berkata kasar yang idlakukan para pejabat dan publik figur,, tapi sah dong kalau saya punya teori “ bagaimana ketika menjadi pejabat, pemimpin atau publik figur tidak berperilaku kasar dan suka mengumpat? Generasi muda nya saja sudah menganggap biasa ketika berbicara, berkata spontan dan beristilah untuk suatu keadaan dengan kata-kata (mohon maaf) misalnya-anjr*t, Anj*ng, F*ck, As* dll ”

    Ini seperti teori telur dan ayam, entah siapa yang duluan menjadi contoh dan siapa yang mencontoh hingga perilkau mengumpat dan mencaci menjadi suatu hal yang biasa, sangat memperihatinkan, saya generasi 90an, saya tidak lahir dari kalangan  keluarga priyai tapi saya bersyukur jadi generasi yang tahu tata krama, bahwa ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, ketika berbicara di tempat umum, sekalipun antar teman harus menjaga lisan. Berkata tegas tidak harus kasar.

    Ketika keresahan saya tentang fenomena ini memuncak saya berdiskusi dengan seorang senior pak Agus dulu beliau pernah menjadi pendamping di asrama baestudi etos semarang dan pengurus pusat di beastudi etos dompet dhuafa, saya coba menyakinkan diri bahwa keresahan saya ini tepat pada tempatnya, kemudian saya bertanya mengapa sebagaiam generasi muda kita tetap harus menjaga perilaku salah satunya dengan berkata soapan dan santun dan tidak mengumpat? Dan adakah korelasinya dengan keberhasilan dalan hidup  Beliau menjelaskan:

  1. Apa yang kita ucapkan dan kita lakukan adalah bagian dari kebiasan dan karakter, mengapa sebagai generasi muda kita harus menjaga perilaku dalam bertutur sapa, karena itu jadi salah satu indikator karakter kepribadian kita, mereka yang terbiasa berkata baik dan sopan setidaknya menunjukan bahwa secara pribadi mampu membawa dan mengendalikan diri.serta mengatur emosi
  2. Apalagi kalau dikorelasikan kita sebagai umat yang beragama, bahwa berkata yang santun adalah bagian dari akhlak atau adab ini mencrminkan kualitas iman sesoarang.

    Lalu tidak lepas dari kotroversi tenyata banyak juga yang mengudukung pejabat yang berkata kasar dan mengumpat ini, dengan pembenaran ” lebih baik berkata kotor tapi tidak korupsi dari pada berkata halus tapi korupsi ” pendapat macam apa ini? Kita hidup di negara merdeka yang boleh menentukan apa yang terbaik baik untuk diri kita, mengapa harus mendikotomikan antara 2 hal pilihan yang ada tidak baiknya? Padahal kita bisa memilih keduanya berkata sopan santun dan jujur . ini seperti pilihan mengerjakan ujian nyontek nilai bagus apa jujur tapi nilai jelek? Apa-apaan ini kan bisa ujian jujur dan dapat nilai bagus, atau mau kaya tapi masuk neraka atau miskin tapi masuk surga apaa-apaan lagi ini kan bisa tetap hidup sejahtera dari hasil yang halal dan insyaallah masuk surga. Atau saya curiga orang-orang yang berpendapat demikian hanya untuk pembenaran lebih suka berkata kasar, mengumpat dan caci maki.

    Kemudian berikutnya, ber opini boleh saja ya tapi juga jangan lupa aksi nyata, saya suka kata-kata ini. Oleh karena itu agar tidak menjadi kaum yang omdo alias omong doang, maka sebagai invidu saya coba melalukan aksi nyata sebagai wujud kperihatinan saya pada fenomena genarasi tua dan muda yang sudah terbiasa berkata kasar, engumpat dan mencaci, dengan :

- Pertama.
  Menyampaikan ide dan gagasan serta pendapat saya ke rekan-rekan terhadap fenomena          ini.
- Kedua.
  Menuliskan gagasan saya dala bentuk artikel dengan harapan bisa dibaca abnyak orang          dan setidaknya memberi sudut pandang baru syukur-syukur banyak yang sependapat

- Ketiga
  Saya tidak punya kekuatan dan keuasan dimana saya bisa menyuruh orang untuk                      melakukan apa yang saya inginkan, setidaknya di duna luar jangkauan saya, misal hari              saya presiden sudah pasti saya akan menegur keras pejabat yang berkata kotor, andai            hari ini saya dosen saya pasti akan menegur mahasiswa saya yang berkata kasar, bila            hari ini asya adalah guru pasti saya tegur siswa saya yang berkata kasar. Dan hari saya ini        baru seorang pemuda yang di beri amanah mengelola usaha mercahandise LOETJU            semarangan, saya punya kuasa penuh di kantor atas karyawan dan peraturan di toko saya  maka saya mulai dengan gerakan membuat “ Kawasan Bebas Umpatan” saya menempel  stiker dengan tulisan “ Kawasan Bebas Mmpatan, terima kasih telah berbicara dengan  bahasa dan kosa kata yang sopan sera santun di tempat ini.” Dengan tagar #indonesia santun.



    Mungkin kecil tapi setidaknya saya sudah melakukan suatu tindakan yang real atas keprihatinan saya pada kondisi negara ini, semoga revolusi mental juga demikan bisa real tidak hanya dengan minum jamu :D
Bagi anda pembaca tulisan ini dan setuju dengan apa yang saya utarakan di atas serta ingin turut serta dalam gerakan saya, silahkan mension ke akun  tuwtter saya @nandar_art dengan tagar #indonesiasantun saya juga bersedia membagi stiker untuk anda tempel di tempat anda.

masalah bangsa ini pelik, mari sebagai rakyat yang baik kita tunjukan kepedulian kita dengan aksi nyata bukan hanya eskedar komentar dan nyinyir.

Semoga bermanfaat

Salam kreatif
saya nandar :)




" di pulau solomon, ketika mereka ingin mengambil kayu di hutan tidak perlu dengan memotongnya dengan gergaji, yang mereka lakukan cukup dengan berkeliling dan memutari pohon dan menyumpahi serta memaki dengan kata-kata kotor dan negatif, beberapa kemudian dengan sendirinya pohon itu akan mati " film Every Child is Special


Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam." (HR. Al-Bukhari).


“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat:11)