9 Capres PKS "Ide yang Kurang Konstruktif"

09.15


Nandarart -- Pemilu 2019 menjelang, nomor urut partai sudah ditetapkan. Yang menarik ditahun yang sama akan digelar juga pemilihan presiden yang hingga hari sudah panas sebelum dimulai.

Nama sang petahana pak Jokowi hingga hari ini tak tertandingi popularitas dan elektabilitasnya, setidaknya demikian yang tergabar dari berbagai kata pengamat dan media masa.

Sementara itu, Parpol berlomba-lomba memunculkan nama-nama kader dan tokoh terbaik sebagai bakal calon presiden.

Ada yang menarik misalnya PKB yang dari awal memunculkan cak Imin (Muhaimin Iskandar) sebagai Cawapres, iya calon wakil presiden. Seakan "sadar diri" menjadi Capres bukan hal yang mudah. Tapi dari positioning ini menarik, saat yang lain berlomba menajdi Capres beliau menawarkan diferensiasi, ibarat produk berjuang di segmentasi Cawapres saat ini belum ada kopetitor yang kuat. he he kayak merketing bisnis saja.

Demokrat dengan tokoh muda AHY, PAN dengan Zulkifli Hasan, Gerindra dengan Prabowo dan Perindo dengan HT serta PBB dengan Yusril.

Walau ada juga parpol yang lebih memilih "cari aman" menetapkan dukungan untuk pak Jokowi sebagai capres mereka, sebut saja Nasdem, Golkar & partai baru macam PSi.

PKS? itu yang mau saya bahas, walau agak ketinggalan dari partai lain, PKS pun telah merilis bakal calon presidenya. Gak tanggung-tanggung 9 nama sekaligus.

Fyi yang belum tahu, dalam penentuan tokoh untuk suatu kontestasi politik PKS punya mekanisme internal yang disebut Pemira, pemilu internal untuk menjaring nama-nama yang potensial. 

Pemilihnya? Semua kader.

Contoh yang pernah saya ikuti saat DPD PKS kota semarang hendak memilih kader untuk calon walikota kalau gak salah, semua kader diundang datang menuliskan calon yang diajukan, siapaun yang dirasa sesuai kapasitasnya. (Waktu itu nulis nama murabbi sendiri :D)

Kenapa menurut saya ide 9 nama capres itu justru cenderubg kurang Konstruktif?

1. Gak Fokus, 
Idealnya satu nama saja sehingga lebih fokus dalam memperkenalkan ke publik dan bargaining position terhadap parpol koalisi.

2. Muncul kubu-kubuan & geng-gengan, 
saya menarik kesimpulan ini "hanya dari dinamika di sosial media twitter" semoga di dunia nyata tidak terjadi.

Seakan tidak ada arahan dari DPP siapa yang harus mendampingi calon 1 hingga 9, akhirnua muncul inisiatif dari kader-jader mengusung calon masing-masing. Hasilnya? Kubu-kubuan.

3. Kampanye yang sudah tidak sehat.
Idealnya masing-masing mengenalkan calon yang didukung dengan prestasi dan kapasistas masing-masing. Unfortunedly, sudah gak sehat, antar pendukung saling menegasikan satu sama lain, yang saya dapati di twitter, ada yang menyindir gagasan gelombang ketiga dengan istri ketiga, ada yang menyindir narasi arah baru tanpa solusi, ada yang mempertanyakan dari uang memasang baliho di kota-kota besar, yang terakhir menurut saya agak kelewatan menyinggung calon yang punya istri berkewarganegaraan luar negeri.

Saya menulis ini bukan karena benci, sejak punya hak pilih PKS adalah pilihanku. Saya bangga memilih partai yang peduli sekali dengan masyarakat. Dengan sukarela membantu kampanye baik di keluarga maupun sosial media.

Tapi munculnya 9 calon presiden menurutku ide yang jadi tidak produktif dalam eksekusinya.

Saya berprasangka baik, DPP memunculkan 9  nama untuk tes the water, menjajaki respon masyarakat dan penerimaan terhadap kandidat yang di tawarkan untuk menjadikan bahan pertimbangan memilih satu nama.

Tapi, yang terjadi sepengamatan saya tidak demikian.

Semoga ini jadi masukan dan ini ungkapan isi hati saya, simpatisan yang hanya baru bisa ngajak keluarga untuk memilih.

Wallahu'alam

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Silahkan Komentar Disini :